Filosofi Constantea The Imperial Tea
Tentang Teh
Sejak Kaisar Shen Nong menemukan keajaiban teh di Cina 4000 tahun lalu, daun teh kemudian melewati perjalanan panjang yang mengubahnya menjadi minuman yang paling banyak dinikmati di seluruh dunia, setelah air mineral. Pada mulanya, teh hanya disuguhkan untuk aristokrat dan kaum bangsawan, namun kemudian aroma dan kenikmatannya menyebar ke seluruh lapisan masyarakat. Dari penggunaan awalnya sebagai ramuan penyembuh, teh menjelajahi dunia dengan berbagai peran: dari tradisi minum teh Inggris pada sore hari hingga dimanfaatkan dalam diplomasi politik, seperti yang diperagakan Nelson Mandela saat mengakhiri ketegangan politik pasca berakhirnya sistem apartheid di Afrika Selatan.
Diawali dengan langkah seorang botanis Batavia, Andreas Cleyer, pada awal abad ke-17, benih teh asal Cina menemukan rumah baru di tanah air kita, Indonesia. Letak geografisnya yang unik, berada di garis khatulistiwa, membuat Indonesia dianugerahi tanah subur yang ideal bagi pertumbuhan tanaman teh, terutama varietas Assamica. Kelembaban dan kehangatan cuacanya menghasilkan kualitas teh terbaik yang menjadikannya primadona di mata dunia. Tidak mengherankan, bila Indonesia menjadi salah satu pemasok kebutuhan teh terbesar dunia.
Namun ironisnya, teh berkualitas yang dihasilkan justru lebih banyak diekspor tanpa identitas merk, sementara batang-batang sisa teh saja yang dinikmati pasar dalam negeri. Keprihatinan ini mendorong kami untuk mengisi ruang kosong tersebut, dengan memberdayakan petani lokal untuk menghasilkan daun teh yang konstan/stabil secara kualitas dan rasa, kemudian mengenalkannya ke seluruh dunia melalui merk: Constantea.


Mandala • Naga • Warna Emas
Sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada alam yang telah menghadirkan tanaman kaya manfaat, kami dengan bangga memproduksi Constantea dari 100% daun teh berkualitas tinggi dari tanah Indonesia. Seperti dengan filosofi teh yang terdiri dari tiga unsur penting: air, teh dan peralatan menyeduhnya; kami mengkreasikan logo Constantea yang terdiri dari tiga komponen utama: Mandala, Kepala Naga dan Warna Emas.
MANDALA
Secara esensial, “Mandala” adalah sebuah simbol “lingkaran” yang mencerminkan siklus kehidupan, repetisi, dan perjalanan spiritual individu. Lebih dari itu, Mandala dianggap sebagai representasi sempurna dari alam semesta dan keterhubungannya dengan manusia.
Mandala bukanlah konsep baru dalam kebudayaan Indonesia. Unsur Mandala terukir di Candi Borobudur sejak ratusan tahun lalu. Selain ditemukan dalam agama Buddha, Mandala juga hadir dalam tradisi Hinduisme, Jainisme, dan bahkan Shintoisme; yang menandakan universalitasnya dalam peradaban manusia. Di Candi Borobudur sendiri, Mandala dimaknai sebagai gambaran konsep mancapat (atau mancalima) dalam tradisi Jawa yang menceritakan tentang proses penyucian jiwa individu.
Mandala dalam logo Constantea memiliki dua elemen utama: garis lengkung di bagian terluar yang mengelilingi lingkaran, serta simbol alkimia yang telah dimodifikasi. Garis-garis lengkung yang membentuk siluet gunung-gunung melambangkan tempat ideal bagi pertumbuhan daun teh, terutama Indonesia yang terletak di jalur Cincin Api Pasifik yang dikenal sebagai “Ring of Fire”. Tanah vulkanik yang subur hasil letusan gunung berapi, membuat daun teh asal Indonesia memiliki kualitas fisik dan aroma yang mumpuni.
Simbol alkimia dalam logo Constantea melambangkan kehidupan, yang mirip dengan perjalanan hidup manusia yang mengalami berbagai fase. Begitu pula dengan teh, yang harus melalui proses yang panjang sebelum memberikan manfaat bagi manusia. Perjalanan teh menjadi bagian tak terpisahkan dan memberi manfaat bagi setiap penikmatnya. Dimulai dari sebuah bibit kecil, tanaman teh tumbuh dalam keheningan di dataran tinggi. Saat tiba masa panen, teh membutuhkan sentuhan manusia sebelum bisa diproses dan dinikmati. Siklus ini menunjukkan sinergi dan kolaborasi hingga tercipta harmoni. Artinya, jika semua orang hidup berdampingan dalam kedamaian dan menjaga siklus ini, maka akan menjadi esensi dari kesinambungan alam semesta.
NAGA
Naga adalah entitas mitologis yang melintasi berbagai tradisi kuno, termasuk ke dalam kekayaan kebudayaan Indonesia. Dalam konteks kepercayaan tradisional, Naga dinarasikan sebagai penjaga atau pelindung yang berdiam di antara awan atau mata air. Naga juga diyakini sebagai lambang tahun yang paling menguntungkan, sehingga kerap diabadikan dalam karya seni berharga, termasuk jubah kebesaran kaisar maupun ornamen istana.
Atribut fisik Naga Tiongkok mencakup karakteristik yang unik, seperti tanduk rusa jantan, leher ular, sisik ikan mas, cakar elang, telinga kerbau, dahi unta, dan sebagainya. Kombinasi beragam sifat dari berbagai binatang tersebut menciptakan sebuah entitas yang gagah, kuat, dan megah. Naga sering digambarkan sebagai pemimpin di antara seluruh makhluk, memancarkan otoritas yang tak terbantahkan; bersanding dengan kaisar yang dipandang sebagai pemegang mandat dari langit. Tak berbeda jauh, Naga dalam filosofi Jawa dipercaya sebagai pelindung dan pengayom, serta menjadi simbol persahabatan.
Naga sebagai penjaga dan pelindung melambangkan kelestarian dan keberlanjutan alam. Filosofi ini menjadi basis tekad kami untuk melindungi lingkungan tempat tumbuhnya teh, memastikan tanahnya tetap subur, praktik penanamannya sesuai siklus musim demi menjaga kualitas teh terbaik yang dihasilkan.
Naga yang dipandang sebagai simbol kesuburan dan keberuntungan mewakili harapan kami akan kesuksesan industri teh Indonesia dan kemakmuran bagi para pencinta teh berupa kesehatan maupun kenikmatan citarasa teh. Kami memimpikan Constantea sebagai medium yang mengakrabkan anggota keluarga, yang menemani individu dalam kesendirian, yang selalu hadir dalam setiap momen berharga manusia.
Terakhir, Naga sebagai pemimpin di antara segala makhluk mencerminkan superioritas dan keunggulan teh Indonesia di panggung dunia. Dengan bertumpu pada nilai-nilai filosofis inilah kamu terinspirasi menciptakan Constantea: The Imperial Tea. Visi besar kami adalah menjadikan Constantea sebagai “Naga” dalam dunia teh di Asia yang menjadi panutan bagi produk teh lainnya.
WARNA EMAS
Sepanjang sejarah, emas telah menjadi lambang kemewahan dan keindahan yang tak terbantahkan. Logam mulia ini dipercaya membawa keberuntungan dan kesuksesan, serta dianggap abadi dan tidak tergoyahkan oleh waktu. Kemilau emas yang tak kenal waktu menghadirkan nuansa keceriaan, kehangatan, keanggunan, dan prestise yang tak tertandingi. Dalam berbagai tradisi dan keyakinan, warna emas juga dianggap sebagai simbol keilahian dan cahaya spiritual, menambahkan dimensi makna yang mendalam pada kehadirannya.
Selaras dengan hal tersebut, kami mengaitkan kemewahan dan keanggunan emas dengan kualitas premium dan eksklusif dari teh yang kami produksi. Sekaligus kami ingin mengangkat citra teh Indonesia di depan mata konsumen dalam negeri maupun dunia internasional .
Warna emas yang menciptakan asosiasi keceriaan dan kehangatan mencerminkan pengalaman menyeduh dan meminum teh sebagai momen yang memanjakan raga dan jiwa di tengah kepenatan hari. Teh bukan sekadar minuman pelepas dahaga, namun memiliki kekuatan untuk memberikan ketenangan dan kedamaian batin kepada para penikmatnya.
Filosofi ini menjadi landasan bagi kami dalam berkomitmen untuk menyajikan Constantea dengan kualitas yang sempurna. Kami mempersembahkan Constantea dengan mengambil bahan baku yang berharga dari alam, yaitu 100% daun teh terbaik dari tanah air Indonesia. Dengan Constantea, kami tidak hanya bermaksud memberikan kesenangan dan kemewahan secara fisik, tetapi juga mendalam, melalui pengalaman minum teh yang memberi kedamaian dan kebahagiaan bagi Anda.
Kami berharap Constantea mampu membawa Anda pada suatu kesadaran akan keindahan alam semesta dan menumbuhkan penghargaan yang lebih dalam terhadap nilai-nilai kehidupan. Melalui setiap tegukan, kami ingin Anda merasakan betapa berharganya keberadaan Anda dan menghargai nikmat alam yang begitu melimpah di sekitar kita.
Kantor Kami
Jam Kantor
08.30 – 17.00 | Monday – Friday
Alamat
Jl. Kecil Cagak No. 10 Gunung Putri – Kabupaten Bogor 16961 Jawa Barat, Indonesia.